AGAM (Lentera) -Lusman, warga Kinali, Pasaman Barat, menempuh perjalanan 40 kilometer dengan sepeda motor menuju Salareh Aia Timur, Agam, Sumatera Barat, untuk memberikan bantuan kepada korban bencana banjir bandang.
Lusman dan keluarganya, yang terdiri dari adik, istri, dan ibunya, Sari Amin (60), berangkat dari rumahnya. Mereka hanya mengenakan sandal saat menempuh medan yang sulit. Mereka terlihat menenteng kantong plastik berisi makanan dengan kaki yang dipenuhi lumpur.
"Saya dari Kinali, Pasaman Barat datang mau kasih bantuan makanan," ujar Lusman saat ditemui di Jorong Subarang Aia, Salareh Aia Barat, pada Minggu (8/12/2025) siang.
Perjuangan Lusman dan Keluarga
Kelelahan tampak jelas di wajah Lusman dan keluarganya, dengan peluh mengalir di kening dan pipi mereka.
Medan yang mereka hadapi jauh dari biasa, dengan jalan aspal di Jalan Koto Batu Kambiang yang hancur akibat terjangan banjir bandang dari Sungai Alahan Anggang.
Jalur yang dulunya aspal kini berubah menjadi ladang lumpur dan bebatuan besar, sementara sungai yang semula berukuran belasan meter kini melebar menjadi puluhan meter.
Awalnya, terdapat jembatan darurat untuk membantu akses menyeberang sungai.
Namun, peningkatan debit air akibat hujan deras pada Sabtu (6/12/2025) sore menyebabkan akses antara Jorong Koto Alam, Subarang Aia, dan Kampung Tengah Barat terputus kembali.
Jembatan darurat tersebut hancur diterjang arus deras, memaksa masyarakat, termasuk Lusman dan keluarganya, untuk menyeberang dengan meniti batang pohon besar.
Kondisi sulit ini tidak menyurutkan niat Lusman dan keluarganya untuk berbagi harapan.
Mereka berharap sekantong dua kantong makanan siap santap dapat membantu menyambung hidup warga Subarang Aia yang terisolasi dari akses kendaraan darat.
Lusman harus berhati-hati saat berjalan, kadang harus melambung untuk menghindari titik lumpur sedalam sekitar satu meter yang mengancam kakinya.
Selain itu, warga juga harus bergantian meniti dua batang pohon besar yang licin dan berlumpur sepanjang 10-15 meter.
"Saya sudah tahu jalan seperti ini. Ini atas nama kemanusiaan," kata Lusman, dikutip Kompas.
Sari Amin, ibunda Lusman, meski tak banyak berbicara, menunjukkan semangat kemanusiaan yang tinggi di wajahnya.
"Iya jalannya memang susah tapi kami datang untuk berbagi nasi," kata Sari Amin.
Ia menambahkan, keluarganya membawa 40 nasi bungkus untuk dibagikan kepada warga Subarang Aia, yang semuanya dibeli dari patungan uang pribadi (*)
Editor: Arifin BH





.jpg)
