30 October 2025

Get In Touch

Shutdown: Implikasi Gaya Kepemimpinan Trump

Donald Trump menggambarkan kebijakan luar negerinya akan lebih mengutamakan negaranya dengan slogan \
Donald Trump menggambarkan kebijakan luar negerinya akan lebih mengutamakan negaranya dengan slogan \"America first\" (Reuters)

‎OPINI (Lentera) -Selamat pagi Indonesia! 

‎Bola panas yang digulirkan Partai Demokrat kepada pemerintah Presiden Amerikan Serikat (AS) Donald Trump belum juga redup. Sampai sekarang kongres belum meloloskan RUU pendanaan negara itu. Akibatnya sudah hampir satu bulan posisi AS masih penghentian sementara layanan pemerintah (shutdown).

‎Beruntung Indonesia tidak pernah mengalami shutdown seperti yang sering terjadi di Amerika Serikat. 

‎Yang kita kenal di Indonesia adalah efisiensi atau pemangkasan anggaran. Sebuah 'shock terapi' kepada Kementerian dan Lembaga (KL) untuk tidak boros menggunakan anggaran negara.

Itupun hanya merupakan kebijakan resmi yang tidak permanen. Sudah membuat panik. Para pengguna anggaran mulai mengernyitkan dahi. Sedang shutdown AS itu merupakan imbas dari Undang-undang yang diberlakukan dan harus dipatuhi. 

‎Undang-undang AS, menyatakan bahwa lembaga federal tidak boleh menghabiskan atau mengikat dana tanpa persetujuan Kongres. 

‎Akibat shutdown, warga setempat  terancam krisis pangan karena bantuan pangan untuk lebih dari 42 juta warga akan dihentikan minggu depan. 

‎Sementara krisis ini terus memburuk, Presiden Donald Trump justru memilih menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia. Dia seolah menunjukkan: urusan lawatan negara lebih penting daripada krisis di negaranya sendiri.

‎Trump ingin menunjukkan kepada dunia bahwa shutdown itu seakan-akan hal yang biasa. Masyarakat dunia tidak perlu panik dan khawatir untuk tetap melakukan investasi di Amerika Serikat. 

‎Dengan shutdown itu, sebagian besar lembaga pemerintah federal tidak memiliki otorisasi anggaran untuk membayar gaji pegawai. Sekitar 2,2 juta ASN federal dan lebih dari 1 juta kontraktor juga terkena dampak.

‎Sebanyak 670.000 pegawai federal terpaksa diliburkan tanpa gaji. Sementara 730.000 lainnya tetap bekerja tanpa menerima bayaran. 

‎Jika shutdown berlanjut, FAA (Federal Aviation Administration) juga akan meliburkan lebih dari 11.000 pegawainya. Hanya disisakan  sekitar 25 persen dari total staf mereka.

‎Departemen Pertanian Amerika Serikat atau USDA mengatakan: Program Bantuan Pangan Utama dan Program Bantuan Nutrisi Tambahan, atau SNAP tidak lagi memiliki dana untuk dibagikan mulai awal November.

‎SNAP adalah program bantuan pangan terbesar di AS, membantu keluarga berpendapatan rendah, pekerja dengan upah rendah, lansia dan orang dengan disabilitas untuk membeli bahan makanan. 

‎Shutdown pada tahun 2025, menjadi kejadian terpanjang kedua dalam sejarah AS, yakni selama 29 hari hingga sekarang masih berlangsung. Shutdown sebelumnya cukup panjang terjadi pada Desember 2018 selama hampir lima minggu. 

Siapa yang terdampak?

Fungsi militer, kontrol lalu-lintas udara, penegakan hukum tetap berjalan tanpa bayaran. Sementara fungsi taman nasional, museum federal dan beberapa layanan publik ditutup atau beroperasi terbatas. 

‎Warga yang membutuhkan layanan pengajuan izin, visa, fasilitas tertentu juga mengalami penundaan. 

‎Situasi pasar modal saat shutdown AS

‎Greenback tetap gagah di tengah kekisruhan politik dalam negeri. Meski sempat terkoreksi di hari kedua pekan ini karena ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (the Fed) diperkirakan akan menurunkan suku bunganya sebesar 25 bps (0.25 persen) .  

‎Secara keseluruhan, USD mengawali perdagangan pekan ini memiliki pijakan yang kuat. Didukung mencairnya ketegangan perang dagang US-Tiongkok yang sebelumnya mengalami jalan buntu. 

‎Presiden Donald Trump mengisyaratkan rencana untuk bertemu dengan pemimpin Tiongkok Xi Jinping minggu depan. Eskalasi politik akan bergeser landai. Walaupun demikian tetap ada kehati-hatian para investor terhadap Washington, atas eskalasi shutdown pemerintahan federal yang masih berlangsung.  

‎Bagaimanapun perlu diingat bahwa status USD sebagai mata uang cadangan dunia, daya Tarik obligasi US dan perbandingan resiko global, masih akan menguntungkan Greenback. Dengan kata lain, krisis US tidak cukup kuat untuk menggantikan posisi dominan USD dalam system keuangan global.

‎Agenda pertemuan Trump-Putin yang telah lama dibahas, tampaknya juga masih belum dikonfirmasi. Lebih lanjut masih akan memberikan dukungan di seputar logam mulia sebagai asset lindung nilai di tengah volatilitas pasar.

‎Intinya guncangan geopolitik dalam negeri AS yang membuat kegelisahan luar biasa warga, juga berpengaruh terhadap pergerakan pasar modal global. 

‎Trump pernah mengalami frustrasi yang sama ketika periode pertama memimpin AS. Dia sempat gagal dan bangkit lagi pada periode kedua. Serangan shutdown jatuh bangun, tapi Trump sepertinya tidak terganjal Demokrat walau sebenarnya babak belur. 

‎Begitulah gaya kepemimpinan Trump denga politik liku-liku, jatuh di tikungan dan bangkit lagi. Satu gaya koboi yang belum pernah terjadi pada presiden-presiden sebelumnya (*)

Penulis: ‎M. Rohanudin|Editor: Arifin BH

Share:

Punya insight tentang peristiwa terkini?

Jadikan tulisan Anda inspirasi untuk yang lain!
Klik disini untuk memulai!

Mulai Menulis
Lenterajogja.com.
Lenterajogja.com.