MALANG (Lentera) - Menjelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru), Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Malang menggelar High Level Meeting pada Rabu (10/12/2025). Pertemuan ini menjadi langkah antisipatif menghadapi potensi lonjakan harga komoditas pangan dan barang kebutuhan pokok.
Dalam pemaparannya, Wakil Bupati Malang, Lathifah Shohib, mengungkap kenaikan Indeks Perkembangan Harga (IPH) yang naik 0,12 poin, yakni dari 0,40 pada pekan ketiga November menjadi 0,52 pada pekan keempat. Lonjakan terbesar terjadi pada awal Desember 2025 ketika IPH menyentuh angka 2,30 atau melonjak 1,78 poin.
"Kenaikan IPH ini bukan sekadar angka statistik, tetapi sinyal bahwa kebutuhan masyarakat meningkat menjelang Nataru. Kita harus memastikan dua hal, yakni pasokan bahan pokok aman dan harga tetap terkendali," ujar Lathifah.
Meski demikian, data TPID menunjukkan neraca pangan Kabupaten Malang tahun 2025 berada dalam kondisi relatif aman. Ketersediaan daging ayam, telur, bawang merah, cabai, beras, jagung, gula, dan minyak goreng berada dalam zona hijau.
"Ini modal penting memasuki Nataru, tetapi penguatan koordinasi tetap wajib dilakukan. Setiap potensi gejolak harga harus cepat terdeteksi. Distribusi juga harus lancar, terutama pada jalur rawan longsor dan banjir," lanjutnya.
Lathifah turut meminta pengamanan distribusi oleh Polres Malang, Kodim 0818/Malang-Batu, dan Kejaksaan Negeri Kabupaten Malang. Ia menekankan pentingnya publikasi harga harian untuk mencegah munculnya spekulasi.
Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang, Dedy Prasetyo, memaparkan inflasi Malang Raya cenderung naik pada akhir tahun. Ia menyebut tiga komoditas paling berpengaruh, yakni emas perhiasan, tomat, dan cabai merah.
"Tekanan harga tersebut dipicu dinamika global dan siklus produksi. Cabai rawit, cabai merah, daging ayam ras, dan daging sapi juga memberikan kontribusi kenaikan. Hampir seluruh daerah Malang Raya mengalami peningkatan harga pada bawang merah, telur ayam ras, beras, minyak goreng, udang, hingga jeruk," jelasnya.
Dedy menjelaskan, inflasi Kota Malang sebagai kota acuan terdekat bagi Kabupaten Malang, pada November 2025 tercatat 2,71% year on year (yoy) dan 0,16% month to month (mtm), sejalan dengan inflasi Jawa Timur dan nasional. Komoditas tomat, cabai merah, dan emas perhiasan menjadi pendorong utama.
"Sementara beras, daging ayam ras, dan telur justru menahan laju inflasi karena pasokan terjaga," tambahnya.
Bank Indonesia, lanjut Dedy, juga mencermati pola historis menjelang Nataru, di mana telur ayam ras, bawang merah, tomat, cabai rawit, serta tarif angkutan udara selalu menjadi penyumbang tekanan inflasi. Pihaknya menyinggung ketidakpastian global yang memengaruhi harga emas perhiasan.
Secara keseluruhan, BI memperkirakan inflasi 2025 masih dalam rentang sasaran nasional, didukung program GNPIP, cuaca yang lebih stabil, dan harga energi global yang relatif terkendali. Namun kewaspadaan tetap penting.
"Risiko kenaikan harga komoditas non-energi global dan potensi penyesuaian tarif domestik harus diantisipasi. Strategi Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Keterjangkauan Harga, dan Komunikasi Efektif (4K) harus diterapkan disiplin," tegasnya.
Dedy juga menyoroti potensi meningkatnya permintaan pangan akibat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) 2025. "Perencanaan pasokan tidak boleh biasa-biasa saja. Harus presisi," katanya. (*)
Reporter: Santi Wahyu
Editor : Lutfiyu Handi





.jpg)
