26 October 2025

Get In Touch

Purbaya Versus Dedi Mulyadi: ‎Tontonan  Demokrasi

Duduk perkara perseteruan Menkeu Purbaya vs Dedi Mulyadi (Dok.tvOne)
Duduk perkara perseteruan Menkeu Purbaya vs Dedi Mulyadi (Dok.tvOne)

OPINI (Lentera) -Selamat pagi Indonesia! ‎Selama tiga hari ini berturut-turut publik bagaikan "disiram" dengan air panas perseteruan antara Gubenur Jawa Barat Dedy Mulyadi dengan Menteri Keuangan Purbaya Sadewa, soal deposito, dana yang diendapkan di Bank. Dedi Mulyadi melawan, Purbaya bertahan. 

‎Menteri Purbaya Sadewa, menyebut ada 15 Pemerintah Daerah yang mengendapkan uang deposito di Bank. Salah satunya Pemda Jawa Barat sekitar 4,17 triliun. 

Maka, muncul perseteruan itu. ‎Publik pun membelah.

Ada sebagian yang mengkategorikan debat ini sebuah pertengkaran terbuka, ada pula yang menarasikan, keduanya sama-sama mempertaruhkan integritasnya. Ada netizen yang menyebut perseteruan itu yang menggambarkan "demokrasi" 

‎Di balik integritas yang dipertaruhkan, keduanya seolah-olah berlomba memperebutkan applause rakyat. 

Di tengah hiruk pikuk perbedaan pendapat kita patut mengapresiasi kesempatan langka ini untuk menyaksikan demokrasi yang sebenarnya.

‎Dalam pertunjukan ini, keduanya memiliki kesempatan untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap transparansi dan pengelolaan keuangan yang baik. 

‎Pertanyaannya: apakah mereka hanya memainkan peran sebagai "aktor" yang membutuhkan tepuk tangan rakyat, atau mereka benar-benar serius dalam menjalankan tugas mereka sebagai pejabat publik?. 

‎Di balik perselisihan, secara substansial, ini merupakan proses perjalanan panjang bahwa 'Indonesia sudah mempertontonkan demokrasi yang sesungguhnya'.

Sebuah kesadaran kolektif yang secara alami 'hadir tanpa diundang', bahwa demokrasi sudah mulai mencair menjadi ranah publik yang 'biasa-biasa saja', tanpa euforia berlebihan, karena esensinya kini lebih pada kualitas, bukan sekadar pertunjukan. 

‎Di Amerika Serikat demokrasi menjadi kehormatan dalam mencari kebenaran. 

‎Baru-baru ini (9/10/2025) Presiden Donald Trump memerintahkan pasukan Garda Nasional untuk menangkap pejabat Demokrat Gubernur di Illinois dan Walikota Chicago karena menolak pengerahan pasukan Garda Nasional oleh Presiden AS, Donald Trump.

‎Hakim federal Chicago, April Perry, memblokir pengerahan pasukan Garda yang kemudian disebut publik AS sebagai kemenangan bagi pejabat Demokrat di Illinois dan Chicago.

‎Itulah Demokrasi ala Amerika yang sekarang ini sudah mulai merambah ke Indonesia. Bahwa  perseteruan antar pejabat negara merupakan hal yang biasa di dalam negara yang mau belajar berdemokrasi. Dan sepertinya, 'belajar berdemokrasi' di sini berarti belajar menerima perbedaan. 

‎Sepak terjang Dedi Mulyadi di media

‎Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat, sepertinya telah menemukan "tambang emas" di media sosial. Ia sering membagikan konten yang menampilkan dirinya dekat dengan rakyat, seperti membersihkan sungai atau membongkar bangunan ilegal. Tentu saja, ini membuatnya terlihat sebagai pemimpin yang merakyat dan peduli.

‎Namun, pertanyaannya adalah, apakah Dedi Mulyadi serius dalam menjalankan tugasnya sebagai pejabat publik, atau hanya ingin menjadi "artis media sosial yang populer? Apakah ia benar-benar peduli dengan masyarakat?. 

‎Sebagai contoh, saat menanggapi isu ia dengan tegas namun tetap dalam bingkai dialog yang merakyat, membuat kesan bahwa ia mendengarkan dan berusaha memahami suara rakyat. Tapi, apakah ini hanya sekedar "show" untuk meningkatkan popularitasnya?

‎Hanya waktu yang akan menjawab apakah Dedi Mulyadi benar-benar serius dalam menjalankan tugasnya sebagai pejabat publik, atau hanya ingin menjadi "raja" media sosial.

‎Sepak terjang Purbaya Sadewa

‎Purbaya Sadewa menghadapi perselisihan dengan Dedi Mulyadi dengan kepala dingin dan profesionalisme. Ia tidak terjebak dalam permainan emosi, melainkan memilih untuk fokus pada substansi dan fakta. Ia menunjukkan kemampuannya dalam mengelola konflik dan mempertahankan integritas kebijakan keuangan. Tegas, namun tidak arogan.

‎Dengan kata lain, apakah Purbaya Sadewa sedang "memainkan" peran sebagai Menteri Keuangan yang tangguh, ataukah ia benar-benar serius dalam menjalankan tugasnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat? Yang jelas, ia telah berhasil membuat dirinya menjadi pusat perhatian!

‎Demikian panjang menempuh demokrasi yang sesungguhnya. Memang demokrasi di Indonesia jalannya tertatih-tatih. 

‎Kita semua harus berjuang menjadikan demokrasi yang paham kehendak rakyat, berpihak pada kebenaran dan kejujuran, menjunjung kebersamaan yang damai, teduh, punya hati yang halus dan menjunjung bingkai ke-Indonesiaan yang bermartabat (*)

Penulis: M. Rohanudin|Editor: Arifin BH

Share:

Punya insight tentang peristiwa terkini?

Jadikan tulisan Anda inspirasi untuk yang lain!
Klik disini untuk memulai!

Mulai Menulis
Lenterajogja.com.
Lenterajogja.com.