
OPINI (Lentera) -Sejak dilantik jadi Menteri keuangan (8/9/2025) Purbaya Sadewa banyak dihujani kritik keras, datang dari tujuh penjuru mata angin. 'Awan panas bergelantungan menggulung di angkasa, menuding ke arah Sadewa'.
Purbaya bukan raksasa yang selamanya benar, dan ditakuti.
Buktinya dia keseleo ngomong. Awalnya Sadewa keceplosan melontarkan pernyataan kontroversial terkait tuntutan 17+8 yang digaungkan oleh mahasiswa, buruh, dan kelompok masyarakat sipil.
Purbaya dengan seenaknya menyatakan bahwa aspirasi tersebut hanya mewakili sebagian kecil masyarakat dan bahwa demonstrasi akan berkurang jika ekonomi nasional tumbuh lebih cepat.
Sontak publik berguncang. Mereka minta presiden Prabowo pecat menteri pengganti Sri Mulyani ini. Menyadari kesalahannya, Purbaya akhirnya meminta maaf dan berjanji untuk lebih hati-hati dalam bersikap. Tapi dia tak berhenti keluarkan kalima-kalimat "sumbang".
Selang beberapa saat kemudian Purbaya Sadewa mengeluarkan senjata kedua sebagai alat penggasak. Uang ngendon 200 triliun dana Sisa Anggaran Lebih (SAL) senilai Rp200 triliun yang 'lama diam' dipindahkan dari Bank Indonesia ke bank-bank Himbara.
Ferry Latuhihin, seorang pengamat ekonomi dan analis pasar modal, melontarkan kritik keras terhadap kebijakan Purbaya itu.
Tapi netizen dan para pengkritik Purbaya yang sebelumnya menggebrak minta Purbaya dilengserkan, balik badan bersorak mengacungkan dua jempol.
Selamatlah Purbaya dari serangan ancaman sesi pertama ini, walau publik belum tahu apa effect domino dari kebijakan Menteri koboi ini.
Dana Rp200 triliun dikucurkan ke bank-bank BUMN untuk meningkatkan likuiditas di sistem keuangan. Tujuannya untuk menurunkan suku bunga simpanan dan pinjaman, sehingga masyarakat lebih cenderung berbelanja dan menginvestasikan uang mereka.
Selain itu, Purbaya juga berharap kebijakan ini dapat mendorong korporasi untuk mengambil kredit modal ekspansi dan meningkatkan konsumsi domestik.
Mantan Menko Polhukam Mahfud MD juga ikut mengkritik rencana Menteri Keuangan Purbaya untuk membubarkan Satuan Tugas Penanganan Hak Tagih Negara Dana BLBI (Satgas BLBI).
Kata Mahfud, Purbaya tidak sepenuhnya memahami kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang membebani keuangan negara. Mahfud MD bahkan memperingatkan bahwa pembubaran Satgas BLBI bisa membuat negara mengalami kerugian lebih besar karena Satgas ini masih memiliki peran penting dalam menangani kasus BLBI.
Kritik terkait keputusan menolak APBN menanggung beban utang proyek kereta cepat Whoosh: Tapi Purbaya mendapat dukungan dari peneliti media. Bahkan sampai hari ke 43 Purbaya jadi menteri (dilantik 8/9/2025) kasus Kereta Cepat Whoosh selalu menjadi tranding topik media.
Netizen semakin rindu akan langkah cepatnya Purbaya menteri kita ini, karena secara logika gebrakannya memantulkan cahaya harapan baru yang lebih indah mendatang.
Itulah deretan kecaman dan sanjungan yang membayangi perjuangan Purbaya Sadewa. Kita tidak bisa menyalahkan semua kritik yang datang, pun kita tidak boleh berlebihan menyanjung seorang Purbaya Sadewa. Karena kesuksesannya masih dalam remang-remang.
Setidaknya beri dia waktu untuk melakukan percepatan minimal 6 bulan kedepan, seberapa besar progres report kinerjanya.
Percepatan Penyerapan Anggaran untuk Dukung Pertumbuhan Ekonomi
Aktivitas Menteri Keuangan Purbaya saat ini melakukan langkah-langkah percepatan penyerapan anggaran untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam kunjungannya ke Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Purbaya menekankan pentingnya meningkatkan realisasi anggaran untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
Menurut data yang diperoleh, Kementerian PU telah mencapai sekitar 52% penyerapan anggaran hingga saat ini, dengan target realisasi hingga akhir tahun diproyeksikan mencapai lebih dari 94 persen. Purbaya mengapresiasi kinerja Kementerian PU. Bahkan lebih ketat lagi untuk memantau realisasi anggaran secara mingguan hingga akhir tahun.
Purbaya juga akan memantau realisasi pengucuran dana Rp200 triliun ke bank-bank BUMN. Untuk meningkatkan likuiditas di sistem keuangan dan mendorong korporasi mengambil kredit modal ekspansi.
Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih cepat dan berkelanjutan.
Purbaya terus mengawasi dengan ketat realisasi anggaran secara mingguan hingga akhir tahun untuk memastikan target penyerapan anggaran tercapai.
Lanjutken pak Purbaya Sadewa, asal jangan kepleset lagi (*)
Penulis: M. Rohanudin|Editor: Arifin BH