18 October 2025

Get In Touch

Seminggu Usai Gencatan Senjata: Israel Halangi Truk Bantuan, Trump Ancam Hamas

Sejumlah truk yang membawa bantuan kemanusiaan dari Indonesia sudah bisa masuk ke Gaza, usai pemberlakuan gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Gaza. (Humas Baznas)
Sejumlah truk yang membawa bantuan kemanusiaan dari Indonesia sudah bisa masuk ke Gaza, usai pemberlakuan gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Gaza. (Humas Baznas)

JAKARTA (Lentera)- Seminggu setelah gencatan senjata Israe-Palestina disepakati, kondisi di Gaza masih rentan. 

Kelompok ekstremis kanan Israel Tsav9 diketahui menghalangi truk bantuan masuk wilayah Gaza. Tsav9 merusak jalan yang dilalui truk tersebut, yang bergerak dari arah persimpangan Karem Abu Salem (Kerem Shalom). Beberapa poin jalan yang dirusak berada di wilayah kekuasaan Israel.

Tsav9 bukan kali pertama menghalangi usaha masuknya bantuan ke Palestina. Kelompok ini menghalangi jalan, melakukan protes, dan beberapa kali merusak bantuan serta merampok truk bantuan. Tsav9 tidak segan merekam aksinya dan mengunggah video tersebut ke internet.

Dalam aksinya kali ini, Tsav9 mengklaim Hamas tidak menepati janjinya dengan mengembalikan tahanan. Bantuan untuk membangun kembali Gaza dan mencukupi kebutuhan warganya tidak akan masuk, hingga korban terakhir dikembalikan pada Israel.

Pada kenyataannya, Palestina telah melepaskan 20 tahanan Israel dan 10 lagi dalam kndisi hidup serta sehat. Hamas juga sedang mengumpulkan tahanan Israel lain yang belum dikembalikan ke keluarganya. Para tahanan ditukar dengan nyaris 2.000 warga Palestuna yang ditahan Israel sesuai perjanjian gencatan senjata.

Namun kabar baik juga tetap tersiar. Warga Palestina, misalnya, kini bisa menikmati kopi instan yang ternyata dari bantuan warga Indonesia."Bayangkan, akhirnya saya bisa menikmati kopi tanpa suara bom, senapan, atau di bawah perlindungan," tulis akun yaza******* dalam medsos X yang diunggah pada Minggu (12/10/2025).

Truk dan layanan bantuan juga mulai datang untuk warga Palestina yang sedang sangat membutuhkan. Namun hingga saat ini warga masih sangat memerlukan makanan, air, dan keperluan hidup lainnya. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan kondisi Palestina sesungguhnya setelah gencatan senjata.

Dikutip dari Al-Jazeera, Palestina masih sangat kekurangan berbagai hal esensial untuk hidup termasuk pangan dan air bersih. Hamas, sebagai pihak yang terlibat dengan perjanjian gencatan senjata, mendorong mediator untuk benar-benar memastikan Israel menepati janjinya.

Hamas meminta Mesir, Qatar, dan Turki melakukan follow up pelaksanaan semua poin-poin dalam perjanjian gencatan senjata. Poin tersebut adalah masuknya bantuan ke Gaza sesuai kebutuhan warga, pembukaan wilayah Rafah dari dua penjuru, dan mulai pembangunan kembali wilayah yang terisolir.

Sebelumnya Hamas mengucapkan terima kasih dan menghargai usaha negara mediator yang telah menjadi penghubung. Usaha untuk mendekatkan cara pandang, menjembatani, dan mengatasi segala rintangan telah berhasil mengakhiri perang hebat di Gaza periode 2023-2025.

Pernyataan Presiden AS

Jalan menciptakan perdamaian di Gaza masih berliku. Baru sepekan kesepakatan gencatan senjata, tensi tinggi melibatkan Israel, Amerika Serikat (AS), dan Hamas kembali terjadi.
Ketegangan terbaru berasal dari pernyataan Presiden AS Donald Trump yang bersumpah akan menghabisi Hamas. Ancaman keras ini dilontarkan Trump menyusul tudingannya bahwa kelompok Palestina itu masih melakukan penembakan mematikan di Jalur Gaza selama gencatan senjata berlangsung.

"Jika Hamas terus membunuh orang-orang di Gaza, yang bukan merupakan bagian kesepakatan, kita tidak memiliki pilihan selain masuk dan menghabisi mereka," kata Trump dalam pernyataan terbaru via media sosial Truth Social, seperti dilansir AFP, Sabtu (18/10/2025).

Dia tidak menjelaskan lebih lanjut soal maksud pernyataannya tersebut. Namun pada Rabu (15/10/2025) waktu setempat, Trump mengatakan "kita tidak membutuhkan militer AS" untuk terlibat di Jalur Gaza.

Pernyataan terbaru Trump itu disampaikan beberapa hari setelah dia mengatakan bahwa penembakan yang dilakukan Hamas, termasuk eksekusi mati di depan umum, "tidak terlalu mengganggu saya" dan menggambarkannya sebagai pembunuhan anggota-anggota geng.

Sejak penarikan awal pasukan Israel di Jalur Gaza berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang didukung AS, Hamas telah memperketat cengkeramannya di kota-kota yang hancur, melancarkan penindakan keras, dan mengeksekusi orang-orang, yang dituduh menjadi kolaborator Israel, di jalanan.

Komandan Komando Pusat AS, Laksamana Brad Cooper, yang memimpin pasukan AS di Timur Tengah, pada Rabu (15/10/2025) menuntut Hamas agar berhenti menembaki warga sipil Palestina dan mematuhi kesepakatan gencatan senjata Gaza.

Trump sebelumnya menunjukkan sikap santai terhadap praktik pembunuhan di luar hukum yang dilakukan Hamas saat gencatan senjata Gaza berlangsung.

"Sejujurnya, itu tidak terlalu mengganggu saya. Tidak apa-apa. Ini adalah beberapa geng yang sangat jahat. Sangat berbeda dengan negara lain," kata Trump dalam rapat kabinet di Gedung Putih pada Selasa (14/10/2025).

Saat berkunjung ke Israel dan Mesir pada Senin (13/10/2025), Trump bahkan mengakui telah memberikan izin kepada Hamas untuk melakukan operasi keamanan internal di Jalur Gaza. "Mereka telah terbuka tentang hal itu. Dan kami memberikan mereka izin untuk jangka waktu tertentu," ucapnya pada saat itu.

Editor:Widyawati/berbagai sumber


 

Share:
Lenterajogja.com.
Lenterajogja.com.