BOJONEGORO (Lentera) – Olimpiade matematika tingkat Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI) se-Kabupaten Bojonegoro terpaksa diberhentikan petugas, Minggu (7/12/2025). Olimpiade yang diselenggarakan Saryta Management, di gedung serba guna Jalan KH Mansyur ini kisruh alias ricuh.
Setidaknya peserta yang hadir mencapai hampir 8.000 siswa dan dibagi dalam tiga gelombang. Namun, padatnya arus kedatangan dan kepulangan peserta tidak diimbangi dengan pengaturan parkir maupun manajemen keramaian yang memadai.
Olimpiade matematika dilaksanakan dengan 3 tahap yaitu tahap 1 dengan peserta kelas 1 dan kelas 2 SD/MI pada pukul 07.00 – 09.30 WIB. Kemudian tahap 2 diikuti peserta dari kelas 3 dan kelas 4 SD/MI, pukul 10.00 – 11.30 WIB, dan tahap tiga untuk peserta kelas 5 dan kelas 6 SDN/MI, pukul 12.00 – selesai.
“Awalnya lomba/olimpiade sesi pertama berjalan dengan baik, tetapi menjelang penilaian tiba-tiba kondisi langsung kisruh,” terang sejumlah orang tua peserta.
Kemudian kekisruhan memuncak saat ratusan wali murid atau orang tua merangsek masuk ke dalam gedung. Bahkan sempat banyak anak-anak kebingungan dan mencari orangtuanya.
Sejumlah wali murid mengaku kecewa karena tidak adanya petunjuk teknis maupun petugas lapangan yang mengatur akses masuk, titik parkir, serta jalur keluar peserta. Kondisi tersebut menyebabkan penumpukan kendaraan di sekitar gedung hingga mengganggu aktivitas masyarakat.
“Ini panitianya tidak profesional, sepertinya hanya bisnis. Kondisi sepertinya kok malah dilepas. Peserta ribuan kok model pelaksanaannya hanya begini, padahal bayar per anak Rp 55.000 lo,” ujarnya salah satu orang tua.
Sementara itu, Kepolisian Sektor (Polsek) Bojonegoro Kota membubarkan kegiatan tersebut. Kapolsek Bojonegoro Kota, AKP Agus Elfauzi mengatakan, tindakan tegas diambil menyusul situasi di lokasi yang sudah tidak kondusif dan berpotensi membahayakan keselamatan ratusan peserta yang didominasi anak-anak.
Selain itu, karena ada ketidaksesuaian antara proposal pengajuan izin dengan pelaksanaan di lapangan. Panitia penyelenggara dari Management SR Tuban sebelumnya melaporkan peserta sebanyak 1.500 orang yang dibagi dalam tiga sesi.
“Faktanya di lapangan tidak sesuai. Kondisi menjadi tidak terkendali, terjadi kepanikan dan kericuhan antara panitia dengan wali murid,” ujar Kapolsek Bojonegoro Kota, AKP Agus Elfauzi mengutip berita jatim.
Kapolsek mengaku telah melakukan pemeriksaan terhadap panitia penyelenggara dan mediasi dengan perwakilan wali murid. Mediasi menghasilkan kesepakatan bahwa panitia bersedia mengembalikan seluruh uang pendaftaran kepada orang tua peserta melalui pihak sekolah masing-masing.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro, M Anwar Mukhtadlo, secara terpisah menyatakan kegiatan tersebut sama sekali tidak memiliki izin maupun koordinasi dengan instansinya. Pihaknya baru mengetahui acara tersebut setelah mendapat laporan kericuhan.
“Tidak ada izin, tidak ada pemberitahuan. Kami langsung turun tim untuk melakukan klarifikasi dan penyelidikan lebih lanjut terkait penyelenggara acara ini,” pungkas Anwar. (*)
Editor : Lutfiyu Handi / berbagai sumber





.jpg)
