SURABAYA ( LENTERA ) - Loafers diprediksi akan tetap mendominasi tren sepatu pada tahun 2026. Ini merupakan jenis sepatu slip on bergaya klasik, yang umumnya berpotongan rendah dan tanpa tali.
Salah satu prediksi yang memperkuat loafers tetap mendominasi tren sepatu di tahun 2026 adalah debut besar sepatu tersebut di panggung pertunjukkan Dior dan Celine pada Juni 2025 lalu.
Menurut Jian DeLeon, direktur fashion pria di Nordstrom, loafers akan tetap mendominasi tren karena inovatif, dengan menonjolkan sepatu bergaya formal tetapi tetap menghadirkan kesan yang santai.
“Loafers sekarang tampil lebih ramping, tetapi tetap memiliki nuansa elegan yang sedikit berantakan,” kata Jian DeLeon.
Tak hanya itu, loafers juga memiliki perkembangan desain yang fleksibel, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para konsumen. Kenyamanan juga sangat ditonjolkan oleh model sepatu tersebut.
“Perkembangan desain dan konstruksi fleksibel yang inovatif, khususnya pada kategori loafers, membuatnya semakin menarik bagi konsumen,” ujar direktur senior fashion pria di Saks Fifth Avenue, Bruce Pask.
Terkait dengan inovasi model, loafers kini banyak muncul dengan permainan material dan warna yang semakin bervariasi. Beberapa di antaranya adalah dengan detail anyaman, yang mempertahankan kesan rapi tetapi tetap santai.
“Tren utama adalah penggunaan detail anyaman, tetapi tetap mempertahankan kesan rapi dan tidak terlalu kasual. Musim ini juga banyak muncul model driving-style loafers yang menjadi cara mudah untuk bermain warna dan menghadirkan estetika santai,” pungkas direktur pembelian fashion MyTheresa, Sophie Jordan.
Perpaduam Amerika-Norwegia
Di antara banyak model sepatu yang beredar, salah satu yang paling mudah dikenali adalah loafers--sering juga disebut pantofel, dari kata Prancis pantoufles. Sepatu tanpa tali yang sudah hadir sejak ratusan tahun lalu ini awalnya dibuat untuk kegiatan santai. Namun karena nyaman dan kerap dipakai bangsawan, loafers kemudian dianggap layak juga dipakai dalam suasana lebih formal.
Loafers menawarkan kepraktisan layaknya sandal atau selop, namun tetap memberi kesan rapi. Di negara empat musim, sepatu ini identik dengan musim panas. Itu sebabnya loafers sebenarnya cocok untuk dipakai sehari-hari di Indonesia yang beriklim panas: ringan, tidak membuat kaki gerah, dan mudah dipadukan dengan beragam gaya.
Loafers adalah sepatu formal tanpa tali yang dikenakan dengan cara slip on. Umumnya berbahan kulit dengan bagian atas yang bersih tanpa gesper. Haknya datar dan bentuknya simpel, sehingga nyaman untuk penggunaan kasual maupun semi-resmi.
Loafers lahir dari perpaduan sepatu mokasin penduduk asli Amerika dan sandal petani Norwegia. Produk loafers pertama dirilis oleh G.H. Bass pada 1936 dengan nama “Weejuns,” plesetan dari kata Norwegian. Model ini populer di kalangan mahasiswa Ivy League, yang menjulukinya “Penny Loafers” karena kebiasaan menyelipkan koin satu sen di bagian atas sepatu.
Loafers menawarkan kenyamanan maksimal di iklim panas. Tanpa tali dan bersiluet rendah, sepatu ini memberikan ‘ruang bernapas’ bagi kaki, apalagi jika dipakai tanpa kaus kaki atau dengan no-show socks. Beratnya juga lebih ringan dibanding sepatu formal lain.
Selain itu, loafers mudah dikenakan, serbaguna, dan cocok dipadukan dengan banyak gaya busana. Profilnya yang rendah pun membantu memberi ilusi kaki lebih jenjang. Apa pun model yang dipilih, loafers adalah perpaduan kenyamanan, gaya, dan sejarah panjang yang membuat penampilan lebih berkelas.(gus,ist/fya)





.jpg)
